¨*•*¨ HISAB PASTI TERJADI ¨*•*¨
jgn bosen ya membacanya :)
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan)
Allah Subhanahu wa ta’ala akan datang pada hari kiamat untuk memutuskan
hukum di antara para hamba-Nya: siapa yang berhak mendapatkan rahmat
dan ampunan-N
ya dan siapa yang berhak mendapatkan kemurkaan dan
azab-Nya. Hal ini sebagaimana yang diberitakan oleh Allah Subhanahu wa
ta’ala dalam kitab-Nya yang mulia:
“Tiada yang mereka
nanti-nantikan kecuali datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat)
dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah
dikembalikan segala urusan.” (al-Baqarah: 210)
Di antara
urusan yang menakutkan dan mengerikan yang akan terjadi setelah
datangnya Allah k adalah dihisabnya amalan setiap hamba selama hidupnya
di dunia.
Makna Hisab dan Dalil-Dalilnya
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Nashir ar-Rasyid rahimahullah berkata,
“Maksud hisab menurut syariat adalah dihadapkan dan diingatkannya para
hamba terhadap seluruh amalannya yang baik dan yang buruk, sebelum
mereka pergi dari Mahsyar, selain sebagian hamba-Nya yang beriman yang
diistimewakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala (sehingga masuk surga tanpa
hisab dan tanpa azab). Hal ini benar-benar akan terjadi pada hari
kiamat berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijma’. Oleh karena itu,
wajib beriman dengannya dan meyakini terjadinya.” (at-Tanbihatus Saniyah
hlm. 231)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Pada
hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa
yang dilalaikannya. Bahkan, manusia itu menjadi saksi atas dirinya
sendiri.” (al-Qiyamah: 13-14)
Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
“Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.” (al-Hijr: 92-93)
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang
bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka
berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan
yang kecil dan tidak (pula) yang besar, kecuali ia mencatat semuanya;
dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).” Dan
Rabbmu tidak menganiaya seorang pun. (al-Kahfi: 49)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ عُذِّبَ. قَالَتْ: قُلْتُ: أَلَيْسَ يَقُولُ
اللهُ تَعَالَى: {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا}؟ قَالَ: ذَلِكِ
الْعَرْضُ
“Barang siapa yang diperinci dan detail saat dihisab,
niscaya dia akan diazab. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Bukankah
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), [Maka dia akan
dihisab dengan hisab yang mudah].’
Beliau shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda, ‘Itu al-’ardh (yaitu dipampangkan amalan-amalan
seorang hamba di hadapannya sehingga dia mengakuinya, kemudian Allah
Subhanahu wa ta’ala menutupi kesalahan-kesalahannya)’.” (Muttafaqun
alaih dari Aisyah radhiallahu ‘anha)
Hisab Orang-Orang yang Beriman
Keadaan orang-orang yang beriman dalam hal ini berbeda-beda sesuai
dengan kadar keimanan dan ketakwaannya. Semakin sempurna keimanan dan
ketakwaan mereka, maka kadar keimanan yang mereka dapatkan di akhirat
semakin sempurna. Sebaliknya, semakin berkurang kadar keimanan dan
ketakwaan mereka karena kemaksiatan dan kezaliman yang mereka lakukan
tatkala hidup di dunia, maka jaminan keamanan mereka di akhirat juga
akan berkurang.
Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-An’am:
82)
Keadaan orang-orang yang beriman dalam hal hisab terbagi menjadi tiga golongan.
1. Sebagian orang yang beriman tidak dihisab dan tidak diazab karena kesempurnaan iman mereka.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan tentang mereka dalam sabdanya:
فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ
الْآخَرِ. فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي: هَذِهِ أُمَّتُكَ،
وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ
وَلَا عَذَابٍ
“Aku melihat ke ufuk, di sana ada satu rombongan
yang sangat besar. Kemudian dikatakan kepadaku, ‘Lihatlah ke ufuk yang
lain.’ Kemudian diberitahukan kepadaku, ‘Inilah umatmu. Di antara mereka
ada 70.000 orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab’.”
Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan ciri-ciri mereka,
هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta
di-kai, tidak meramalkan nasib dengan burung, dan hanya kepada Rabbnya
mereka bertawakal.” (Muttafaqun alaih dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu)
2. Sebagian orang yang beriman dihisab dengan hisab yang mudah.
Firman-Nya:
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia
akan diperiksa dengan hisab yang mudah.” (al-Insyiqaq: 7-8)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ اللهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ
فَيَقُولُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ فَيَقُولُ:
نَعَمْ، أَيْ رَبِ. حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي
نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ: سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا
وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala akan mendekatkan seorang hamba
mukmin, kemudian menempatkannya di samping-Nya. Allah Subhanahu wa
ta’ala menutupinya (dari para hamba yang lain) kemudian bertanya,
‘Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?’,
Hamba tersebut menjawab, ‘Benar, wahai Rabbku.’ Sampai Allah Subhanahu
wa ta’ala menjadikan hamba tersebut mengakui dosa-dosanya dan dia yakin
bahwa dirinya akan binasa, lalu Dia Subhanahu wa ta’ala berkata, ‘Aku
telah menutupinya tatkala kamu hidup di dunia dan Aku akan mengampuninya
pada hari ini untuk kebaikanmu.’ Kemudian dia diberi kitab catatan
amalan kebaikannya.” (Muttafaqun alaih dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu)
3. Sebagian orang yang beriman lainnya diperinci dan dipersulit hisabnya sesuai dengan dosanya.
Mereka kemudian diazab di neraka akibat dosa-dosa yang Allah Subhanahu
wa ta’ala tidak mengampuninya karena keadilan-Nya, namun mereka tidak
kekal di dalamnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ إِلَّا هَلَكَ
“Tidaklah seorang pun yang dihisab (dengan hisab yang rinci dan detail)
nanti pada hari kiamat melainkan akan binasa.” (Muttafaqun alaih dari
Aisyah radhiallahu ‘anha)
Kisah Tiga Orang yang Binasa dan Celaka karena Hisabnya yang Sulit
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Sesungguhnya golongan pertama yang akan diputuskan hukumnya pada hari kiamat nanti adalah:
Pertama, seorang yang dipersaksikan mati syahid. Didatangkanlah orang
itu, kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkannya tentang
nikmat-nikmat-Nya, sehingga dia mengingatnya, Dia Subhanahu wa ta’ala
bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan dengan (nikmat-nikmat tersebut)?’ Dia
menjawab, ‘Aku berperang karena-Mu sampai aku mati syahid.’ Dia
Subhanahu wa ta’ala berkata, ‘Kamu dusta. Kamu berperang supaya dijuluki
sebagai pemberani. Sungguh, julukan tersebut telah diberikan.” Kemudian
dia diperintahkan untuk diseret dalam keadaan tertelungkup lalu
dilempar ke neraka.
Kedua, orang yang mempelajari ilmu agama
dan mengajarkannya, serta membaca al-Qur’an. Didatangkanlah dia. Allah
Subhanahu wa ta’ala mengingatkan nikmat-nikmat-Nya sehingga dia pun
mengingatnya. Allah Subhanahu wa ta’ala bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan
dengannya?’ Dia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu agama dan
mengajarkannya. Aku pun membaca al-Qur’an (karena Allah)’. Allah
Subhanahu wa ta’ala berkata, ‘Kamu dusta. Kamu belajar supaya dikatakan
bahwa kamu seorang alim, dan kamu membaca al-Qur’an supaya dikatakan
bahwa kamu adalah qari’ (pembaca al-Qur’an). Sungguh, julukan tersebut
telah diberikan.’ Kemudian dia diperintahkan untuk diseret dalam keadaan
tertelungkup lalu dilempar ke neraka.
Ketiga, orang yang Allah
Subhanahu wa ta’ala melimpahkan hartanya dan mengaruniainya berbagai
jenis harta. Orang tersebut didatangkan, lalu Dia Subhanahu wa ta’ala
mengingatkan nikmat-nikmat-Nya. Dia pun mengingatnya. Allah Subhanahu wa
ta’ala bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan karenanya?’ Dia menjawab, ‘Aku
tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau cintai untuk berinfak
padanya, melainkan aku pun berinfak padanya karena-Mu.’ Allah Subhanahu
wa ta’ala menjawab, ‘Kamu dusta. Kamu melakukannya supaya dijuluki
sebagai orang yang dermawan. Sungguh, julukan tersebut telah dikatakan.”
Kemudian dia diperintahkan untuk diseret dalam keadaan telungkup lalu
dilempar ke neraka.” (HR. Muslim)
Hisab Orang-Orang Kafir
Orang-orang kafir yang mati dalam keadaan kafir tidak ada harganya dan
tidak memiliki hak untuk dihargai. Mereka hina di dunia dan di akhirat
karena kekafirannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.” (al-Bayyinah: 6)
Allah Subhanahu
wa ta’ala menghinakan mereka ketika menghisab amalan-amalannya pada
hari kiamat. Allah Subhanahu wa ta’ala memberitakan dalam kitab-Nya:
“Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa
yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang
keras.” (Fushshilat: 50)
Dia l juga berfirman:
“Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (al-Mulk: 11)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang hisab orang-orang kafir dengan sabdanya,
وَأَمَّا الْكُفَّارُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيُنَادَى بِهِمْ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللهِ
أَلاَ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الظَّالِمِيْنَ
“Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik akan diseru di
hadapan seluruh makhluk. Mereka adalah orang-orang yang mendustakan
Rabbnya. Ketahuilah, laknat Allah Subhanahu wa ta’ala pasti akan menimpa
orang-orang yang zalim.” (Muttafaqun alaih dari Ibnu Umar radhiallahu
‘anhu)
Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Orang-orang kafir
tidak akan dihisab sebagaimana hisab orang yang beriman. Orang yang
beriman akan ditimbang amalan-amalan baiknya dengan amalan-amalan
jeleknya. Orang-orang kafir sudah tidak memiliki kebaikan. Akan tetapi,
amalan mereka akan dihitung dan dicatat lalu dihadapkan kepada mereka
serta mereka akan mengakuinya.” (al-Aqidah al-Wasithiyah)
Umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, Rombongan Pertama yang Dihisab
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
نَحْنُ الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمَقْضِيُّ لَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ
“Kita adalah umat yang terakhir, namun yang pertama diputuskan
hukumannya pada hari kiamat sebelum umat-umat lainnya.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim, ini adalah lafadz Muslim)
Al-Imam Ibnu Majah
rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya dari Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
نَحْنُ آخِرُ الْأُمَمِ وَأَوَّلُ مَنْ يُحَاسَبُ
“Kita adalah umat yang terakhir dari umat-umat (yang diciptakan di muka
bumi) dan yang pertama yang akan dihisab (pada hari kiamat).”
(Dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 2374)
Amalan yang Pertama Kali Dihisab
Seluruh amalan hamba, apakah amalan yang baik atau amalan yang jelek,
apakah amalan tersebut berkaitan dengan hak-hak Allah Subhanahu wa
ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wassalam atau berkaitan dengan
hak orang dan makhluk lainnya-bahkan amalanyang tidak terkait dengan
pihak yang lainnya-semua itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan
Allah Subhanahu wa ta’ala.
Firman-Nya:
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (at-Takatsur: 8)
Dari Abu Barzah Nadhlah bin ‘Ubaid al-Aslami radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ
عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ
مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ
أَبْلَاهُ
“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser
pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya untuk apa
dihabiskan; tentang ilmunya, apa yang dia amalkan; tentang hartanya,
dari mana dia dapatkan dan pada perkara apa dia infakkan (belanjakan);
serta tentang badannya, pada perkara apa dia gunakan.” (HR. at-Tirmidzi
dan beliau katakan, “Hadits hasan sahih.” Lihat Silsilah ash-Shahihah
2/666)
Meskipun demikian, ada amalan-amalan yang diprioritaskan dan didahulukan hisabnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ
فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ
قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا، هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ
فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ
عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
“Amalan-amalan seorang hamba yang
pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya
bagus, niscaya dia akan mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan. Namun,
apabila shalatnya rusak, sungguh dia akan kecewa dan rugi. Apabila
shalat wajibnya ada suatu kekurangan, Rabb Subhanahu wa ta’ala
berfirman, ‘Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah?’ Lantas,
kekurangan shalat wajibnya akan disempurnakan dengannya, kemudian
seluruh amalannya seperti itu.” (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dari Abu
Hurairah z, dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat
Tarhib)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda:
أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي الدِّمَاءِ
“Masalah yang pertama kali akan diputuskan di antara manusia adalah
masalah darah (yang terjadi di antara mereka di dunia).” (Muttafaqun
alaih dari Ibnu Mas’ud z)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan dua hadits yang mulia di atas,
“Karena shalat adalah ibadah badan yang paling mulia, sedangkan darah
adalah kejahatan yang paling besar yang terkait dengan hak-hak anak
Adam.” (Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah 2/156)
Oleh karena itu,
Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu menasihati kita
agar hisab kita menjadi mudah di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala.
“Hitung-hitunglah (amalan-amalan) yang ada pada diri kalian sebelum
kalian dihisab. Timbanglah amalan kalian sebelum kalian ditimbang,
karena hal itu akan meringankan hisab kalian besok (pada hari kiamat),
yaitu kalian menghitung-hitung (amalan) yang ada pada diri kalian pada
hari ini dan menimbang-nimbangnya untuk mempersiapkan diri menghadapi
hari waktu dipampangkannya seluruh amalan.
(Firman Allah):
‘Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatu pun dari
keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).’ (al-Haqqah: 18).”
(Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, serta Ibnu Abid Dunya dalam Muhasabatun Nafs)
Akhirnya, penulis mengatakan,
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيْرًَا
“Ya Allah, hisablah kami dengan hisab yang mudah!”
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 073
Tidak ada komentar:
Posting Komentar